Masyarakat tradisional Talang Mamak di Riau, hingga kini pola hidupnya masih primitive. Mereka menyebar di hamparan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) di wilayah Riau dan Jambi. Hidup dihutan belantara, tanpa ada akses jalan, tanpa pendidikan juga tidak tersedia faslitas kesehatan.
Namun demikian, mereka juga sadar, bahwa mereka adalah kelompok masyarakat yang sangat jauh tertinggal di wilayah Indonesia ini. Mereka sebenarnya juga ingin layak hidup sebagaimana masyarakat lainnya. Mereka tidak ingin dibelenggu kebodohan. Tapi memang, sebuah UU lingkungan di negara ini memang ‘mengharamkan’ berdirinya fasilitas pendidikan formal di dalam kawasan taman nasional.
Harapan satu-satunya adalah, adanya sebuah kebijakan pemerintah menempatkan pendidikan non formal yang semestinya dijembatani para NGO. Kondisi itulah yang membuat hati Sidam Katak (70) ketua kelompok Talang Mamak di Dusun Datai Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu) Riau, gelisah.
Dia tak ingin, anak dan cucu-cucunya buta huruf dan angka seperti yang mereka alami sekarang ini. Pak Katak ini, sadar dengan kebodohan yang terus memilit masyarakatnya, akan berdampak dengan kemiskinan.
"Tolonglah pak, sampaikan pada pemerintah, kami ini butuh pendidikan untuk masa depan generasi kami. Jangan biarkan kami ini terus terbelenggu dengan kebodohan dan kemiskinan," kata Katak kakek berkulit hitam berambut keriting itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar